Sumber: Koran Tempo
JAKARTA – Kebutuhan bahan baku susu olahan dalam negeri mencapai 3,3 juta ton per tahun. Namun 2,61 juta ton di antaranya (hampir 80 persen) masih diimpor dari berbagai negara, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
“Pasokan susu segar dari dalam negeri hanya 69 ribu ton,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dalam acara peresmian pembangunan pabrik susu Fontera di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, kemarin.
Panggah menjelaskan, bahan baku susu olahan yang masih harus diimpor itu berupa susu bubuk skim (skim milk powder), lemak susu, dan bubuk susu mentega. “Hal ini menunjukkan bahwa potensi pasar yang belum digarap oleh produsen susu lokal masih besar,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, impor produk susu olahan juga naik tipis dibanding pada tahun sebelumnya. Pada 2012, volume impor susu olahan sebanyak 144.235 ton, sedangkan tahun ini sebesar 144.385 ton.
Adapun ekspor produk susu olahan pada 2013 sebesar 51.443 ton dengan nilai US$ 79 miliar. Sedangkan volume ekspor tahun sebelumnya sebesar 48.319 ton dengan nilai US$ 80 miliar.
Menurut Panggah, konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini di bawah rata-rata ASEAN. Tingkat konsumsi susu di Indonesia hanya 11,02 kilogram per kapita per tahun. Padahal konsumsi susu di Malaysia sudah mencapai 20 kilogram per kapita per tahun, Singapura 32 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 33 kilogram per kapita per tahun.
Nah bisa dibayangkan bila ceruk pasar kebutuhan susu yang terus meningkat dan diimbangi dengan informasi manfaat susu kambing yang lebih baik dari susu sapi maka berarti peluang bisnis susu kambing sangat menjanjikan bila berada dalam jaringan pemasaran yang baik.
Susu Kambing Naga SP dipercaya konsumen sejak lama karena merasakan manfaatnya selama mereka mengkonsumsinya secara teratur